BORIA
Kesenian Boria selama ini dikenal berasal dari Pulau Pinang Malaysia. namun demikian di Indonesia khususnya Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang juga menyimpan khazanah seni tersebut. Munculnya kesenian ini di Pulau Penyengat terinspirasi dari kehidupan tentara Belanda yang bercokol di Kerajaan Riau pada abad ke 18.
Di Penyengat sendiri, kesenian ini hampir punah. satu-satunya penggiat yang masih hidup adalah bapak Raja Akup. Untuk itulah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang mencoba menggali kembali. Dengan dibantu oleh Azmi Machmud, Ikhsan, Raja Elfirafindra, Syafaruddin, boria Pulau Penyengat dapat di tampilkan pada Revitalisasi Budaya Melayu III tahun 2012.
Penampilan Boria pada RBM III Tahun 2012
Kesenian Boria dimainkan oleh kaum lelaki. Jumlah pemain sebanyak 20 orang ditambah 1 orang komandan yang disebut Kapten. Tugasnya adalah mengatur perbarisan dan menjadi ssentral cerita di dalamnya. Sementara anak buah dipimpin oleh seorang sarjen(sersan).
Kapten Boria
Kapten bersama Sarjen
Gerakan dalam Boria cukup sederhana. Sumber gerak diambil dari gerak berbaris, hormat, keseharian, dan permainan anak-anak. Pola lantai berupa garis lurus dan lengkung.
Busana terdiri dari Baju ala tentara Belanda, sepatu, kaos kaki, topi tarbus dan diberi pernak-pernik sehingga terkesan meriah. boleh menggunakan kacamata.
musik cukup sederhana dengan menggunakan genderang snar drum dan akordian. Boleh juga ditanbah terompet dan peluit.
Gerak permainan anak-anak
Busana Boria